Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 11 Desember 2009

KASTRASI DAN HIBRIDISASI

KASTRASI DAN HIBRIDISASI
Tujuan:Menghilangkan kepala sari sebelum bunga membuka dengan maksud untuk mencegah penyerbukan sendiri. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis tanaman yang kita kehendaki sebagai induk jantan.
Teori:Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Wels, 1981). Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode pemulian tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan untuk tanaman yang menyerbuk silang. Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan sacara seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara aseksual (Sunarto, 1997).Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto, 1997). Pemuliaan tanaman yang dikembangbiakan secara vegetatif dapat ditempuh melalui hibridisasi. Oleh karena kita perlu membuat variasi, maka dilakukan . Dengan jalan ini akan diperoleh sumber variabilitas atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya dan menjadi sumber penyeleksian klon baru. Berbeda dengan tanaman yang menyerbuk sendiri, dalam tanaman yang diperbanyak dengan jalan aseksual karena sifatnya heterozigot maka segregasi terjadi pada F1. Jadi tiap tanaman dalam F1 adalah sumber potensi dari klon baru, menghasilkan F2 jarang dilakukan. Selfing dapat menurunkan vigor (Sunarto, 1997). Langkah pertama hibridisasi pada tanaman yang menyerbuk sendiri yaitu memilih tetua yang berpotensi. Pemilihan tetua ini tergantung pada sifat yang akan dimuliakan apakah sifat kualitatif atau sifat kuantitatif. Pemilihan tetua kualitatif lebih mudah karena perbedaan penampakan tetua menunjukkan pula perbedaan gen pengendali sifat itu. Pemilihan tetua untuk sifat kuantitatif lebih sulit karena adanya perbedaan fenotipe yang belum tentu. Oleh karena itu, pemilihan tetua perlu dipertimbangkan dari segi lain, yaitu sifat fisiologi, adaptasi dan susunan genetic.
BAHAN DAN ALAT
a. Gunting
b. Jarum
c. Kantong kertas
d. Benang berwarna dan label
e. Petridis
f. Kuas
g. Padi varietas IR-72
h. Padi varietas Mentik Wangi



PROSEDUR KERJA
a. Untuk mengadakan kastrasi, maka pada pagi hari sebelum pukul 06.00 menyiapkan bunga-bunga yang akan dipakai sebagai induk, bunga-bunga yang sudah mekar dan kira-kira belum mekar pada hari itu dibuang. Cara mengastrasi ini dengan memotong pucuk palea dan lemma dengan gunting kira-kira ½ dari panjangnya (boleh miring atau datar) lalu buang benang-benang sarinya dengan jarum.
b. Pada siang harinya kira-kira pukul 10.00 sampai 12.00, serbuki bunga-bunga yang sudah dikastrasi dengan tepung sari yang sudah dipilih sebagai induk jantan. Caranya dengan menggosok-gosokkan kuas yang sudah ada tepung sarinya pada kepala putik yang sudah dikastrasi tersebut serata mungkin.
c. Bunga-bunga yang sudah diserbuki, tangkainya diikat dengan benang berwarna dan label untuk menjaga kekeliruan.
d. Dilakukan pembungkusan dengan kantong kertas untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang yang tidak dikehendaki dan gangguan lain.

HASIL PENGAMATAN
Tanggal kastrasi dan hibridisasi : 17 Mei 2003
Waktu kastrasi : 05.30
Waktu hibridisasi : 10.30
Varietas betina : Mentik Wangi
Varietas jantan : IR-72
Jumlah bunga yang dikastrasi : 50
Jumlah bunga yang berhasil : 15
Persentase keberhasilan : S yang berhasil
S kastrasi : 30 %



PEMBAHASAN
Pada praktikum ‘kastrasi dan hibridisasi’ ini dilakukan pada padi varietas Mentik Wangi (♀) dan IR 72 (♂). Bunga padi adalah bunga panjang dan berkelamin dua (hermaphrodit). Bunga-bunga mekar pada tiap malai dari bawah keatas, atau dari luar kedalam, yaitu kearah poros. Lamanya pembungaan dari tiap malai berkisar antara 5 sampai 10 hari (Darjanto dan Satifah, 1984).
Kastrasi dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 karena bunga padi dapat lekas mekar pada cuaca yang terang dan banyak mendapat sinar matahari. Bunga yang akan dikastrasi dipilih bunga yang belum mekar atau hampir mekar sehubungan dengan itu maka pertumbuhan kuncup bunga perlu diamati dengan seksama. Kastrasi dapat dilakukan pada pagi hari hingga pukul 08.00 yaitu pada suhu rendah dengan udara yang cukup lembab, maka kepala sari itu biasanya masih tertutup rapat, sehingga dengan mudah benang sari dapat dibuang dalam keadaan utuh. Kastrasi dilakukan dengan cara menggunting sepertiga bagian bulir padi Mentik Wangi kemudian dikumpulkan benang sarinya. Selanjutnya untuk menghindari jatuhnya serbuk sari yang tidak diinginkan sebaiknya bunga diisolasi dengan menggunakan kantong kertas, baik sebelum atau sesudah persilangan dilakukan. Pengerudungan (cover off) pada bunga tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu pembuahan dan perkembangan embrio.
Hibridisasi dilakukan pada siang hari, sekitar pukul 10.30. Dilakukan dengan cara menaburkan benang sari varietas IR-72 sebagai induk jantan ke kepala putik varietas Mentik Wangi sebagai induk betina dengan menggunakan kuas. Tujuan dari hibridisasi adalah menggabungkan dua sifat dari dua varietas tanaman ke dalam satu tubuh tanaman. Oleh karena itu, sifat tanaman hasil persilangan (F1) merupakan gabungan sifat diantara kedua tetuanya. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam melakukan hibridisasi adalah lamanya daya hidup (viabilitas) serbuk sari. Untuk tanaman serealia, viabilitas serbuk sari relatif sangat singkat biasanya hanya bertahan dalam beberapa menit saja. Sedangkan untuk tanaman tahunan dan buah-buahan serbuk sari masih bisa bertahan hidup normal meskipun telah disimpan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun lamanya (Nasir, 2001).
Menurut Welsh (1981), kombinasi sifat dari kedua tetua pada F1 terjadi secara acak, jadi bisa saja kombinasi sifat yang ada pada F1 bersifat lebih menguntungkan dari kedua tetuanya. Karena sifat kedua tetua berbeda satu dengan yang lainnya, maka keturunan yang diperoleh dapat mempunyai sifat-sifat baru yang berbeda dengan sifat yang ada pada kedua induknya. Keturunan F1 bersifat heterozigot dan mengalami pemisahan pada generasi berikutnya.
Hibribridisasi Mentik wangi dan IR 72 menghasilkan 15 bulir padi yang mengalami pembuahan, sedangkan 35 bulir padi yang lainnya mengalami kegagalan. Persentase keberhasilan hibridisasi sebesar 30%. Hibridisasi ini dianggap tidak berhasil karena persentase keberhasilan kurang dari 50 %. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan hibridisasi serbuk sari yang tersedia tidak cukup banyak sehingga ada beberapa bunga yang tidak diserbuki dan pada waktu penyerbukan yang dilakukan dengan kuas tidak semua masuk ke putik, sehingga tidak semua bunga terjadi pembuahan. Ketidak berhasilan hibridisasi juga dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan, yaitu pada waktu memotong putiknya ikut terpotong sehingga tidak mungkin terjadi pembuahan.
Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan tetua yang memiliki potensi genetik yang diinginkan. Pemilihan tetua ini sangat tergaantung pada karakter tanaman yang akan digunakan, yaitu apakah termasuk karakter kualitatif atau kuantitatif. Tujuan dari setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk menyatukan gamet jantan dan gamet betina yang diinginkan dari tetua yang terpilih (Nasir, 2001). Karakter kualitatif menunjukkan fenotip yang berbeda akibat adanya genotip yang berbeda pula. Sedangkan pemilihan tetua untuk karakter kuantitatif jauh lebih sulit karena perbedaan fenotif belum tentu disebabkan oleh genotif yang berbeda. Karena faktor lingkungan juga mempengaruhi terhadap penampilan dari fenotif yang ada.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Persilangan dimulai dengan mengemaskulasi bunga yaitu pengambilan serbuk sari pada bagian bunga.
b. Teknik hibridisasi sangat tergantung pada sifat bunga dan tingkat pemasakan sel-sel kelamin.
c. Keberhasilan hibridisasi disebabkan karena pemilihan tetua yang tepat.
B. Saran
Sebaiknya dalam praktikum ‘kastrasi dan hibridisasi’ ini praktikan disediakan peralatan tambahan seperti loupe untuk memastikan agar serbuk sari benar-benar jatuh pada kepala putik.

DAFTAR PUSTAKA
Darjanto dan Satifah, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Jakarta. PT. Gramedia.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.
Wels, James R. 1981. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gabung Yu..cari tau tentang kultur Jaringan..