Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Senin, 30 November 2009

KULTUR JARINGAN TANAMAN KRISAN (Chrisanthemum sp.)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya suatu teknologi tidak lepas dengan keahlian atau skill karena keahlian harus mengimbangi teknologi yang telah maju. Tanpa keahlian maka teknologi tidak akan berkembang dan maju sehingga tujuan yang akan di tempuh tidak akan tercapai

Dewasa ini banyak tenaga kerja di industri atau di intansi pemerintah tidak dapat melakukan pekerjaan yang mereka kerjakan. Faktanya banyak sekali orang yang sulit sekali beradaptasi dan tidak bisa mengerjakan apa yang mereka harus kerjakan. Hal ini dikarenakan pengalaman kerja dan teori yang di dapatkan tidak sebanding dengan konsep dan kinerja yang berada di dunia nyata perindustrian dan intansi pemerintahan.

Pendidikan dalam era globalisasi ini merupakan suatu prioritas yang harus di utamakan karena pendidikan yang dapat membantu Negara Indonesia menjadi negara yang kaya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) menjadi negara yang maju dan sejahtera.

Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan salah satu pengembangan bagi para pelajar untuk menegmbangkan teori lapangan terutama skill dibidang yang ditekuninya. Hal ini sangat membantu agar perkembangan teknologi terutama di negara tercinta yaitu Indonesia menjadi lebih maju dan tidak lagi terjajah dalam teknologi.

Praktek Kerja Lapang ini berdasarkan Kurikulum Program Pendidikan Diploma IV Agribisnis Pertanian Manajemen Agroindustri kerjasama antara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Petanian Cianjur dengan Politeknik Negeri Jember, dilaksanakan sesuai dengan strategi pelaksanaan kurikulum Pendidikan Diploma IV.

Krisan (Chrysanthemum) merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina.

Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai bunga pot dan bunga potong. Namun potensi bunga krisan potong sangat baik dibanding bunga krisan pot karena peminat bunga potong lebih besar dari pada bunga krisan pot. Bunga potong ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).

Tanaman ini banyak disukai karena warnanya yang beragam sehingga dapat menghiasi ruangan. Tanaman krisan sangat diminati oleh banyak kalangan dan selain itu tanaman ini banyak di pesan oleh hotel-hotel, baik itu hotel kelas bawah atau hotel kelas atas sehingga tanaman krisan tidak lagi sebagi bunga hias biasa melainkan berubah menjadi bunga hias yang dapat menjadi nilai ekonomi yang sangat tinggi dan prospek yang sangat cerah karena tanaman krisan ini menjadi suatu kebutuhan.

B. Tujuan

1. Pemenuhan persyaratan akademik.

2. Mengaplikasikan materi dan praktek kultur jaringan yang telah didapat dalam perkuliahan.

3. Mendapatkan secara rill materi dan kerja lapang yang berada dilapangan

C. Sasaran

1. Memenuhi Program Akademik Pendidikan Diploma

2. Memperoleh ilmu pengatahuan teknik kultur jaringan tanaman dari luar perkuliahan akademik.

3. Berpengalaman dalam kegiatan produksi di industri yang relevan.

4. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di industri ke kehidupan dimasa yang akan datang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Krisan (Chrysanthemum) merupakan salah satu tanaman hias yang sangat populer di Indonesia. Bunga ini dibudidayakan oleh petani kecil hingga pengusaha besar pada lahan dengan ketinggian 600-1.200 m dpl. Petani kecil membudidayakan krisan dengan menerapkan teknologi sederhana, sedangkan pengusaha besar menggunakan teknologi modern berbasis agribisnis. Pengembangan krisan juga berdampak positif terhadap perekonomian di daerah pedesaan, khususnya terhadap peningkatan pendapatan petani dan masyarakat yang terlibat dalam pengembangannya.

Kedudukan tanaman krisan atau seruni dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan di klasifikasikan sebagai berkut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)

Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dycotledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Asteralaes (kompositae)

Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Spesies : Chrysanthemum morifolium Ramat, dan lain lain

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicm (kuning), C. Morifolium (ungu dan pink) dan C. Daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan djadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.

Warna-warni krisan yang elok memang cocok untuk hiasan berbagai acara. Hantoko (2007 September 11) menyebutkan, kota-kota besar di Jatim yang tergolong tinggi daya serapnya adalah Surabaya dan Malang. Permintaan bunga krisan mencapai puncak bertepatan dengan berlangsungnya pesta perkawinan, yang biasanya banyak dilakukan di bulan Besar dalam kalender Jawa. Selain itu, krisan juga kerap dibutuhkan untuk acara-acara lain, meski diakui volumenya tidak cukup besar, seperti hiasan untuk ruang seminar, peluncuran produk, pembukaan gedung maupun lainnya. Apalagi, sejauh pengamatan Handoko, kesukaan orang terhadap bunga plastik mulai bergeser, dan lebih memilih bunga segar. “Harga jual bunga krisan cukup stabil, yaitu Rp 1.000 per tangkai,” tukasnya Handoko. Biasanya, krisan dijual dalam kemasan yang dibungkus kertas putih. Setiap bungkus berisi 10 tangkai. Harga itu untuk krisan sprai. Sementara krisan standart, harganya selisih antara Rp 100-Rp 200 lebih mahal dari krisan sprai karena, menurut Hantoko, bunganya lebih besar. Selain itu permintaan tanaman terbesar adalah Bali yang mampu memesan tanaman krisan per harinya mencapai 2000 lebih per tangkai. Harga jual bunga krisan cukup stabil, yaitu Rp 1.000 per tangkai. Biasanya, krisan dijual dalam kemasan yang dibungkus kertas putih. Setiap bungkus berisi 10 tangkai. Harga itu untuk krisan sprai. Sementara krisan standart, harganya selisih antara Rp 100-Rp 200 lebih mahal dari krisan sprai karena lebih besar.

Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:

1. Krisan lokal (krisan kuno) Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. Maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).

2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).

3. Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.

Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). Sedangkan bunga potong ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.

Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).

Di Indonesia, permintaan terhadap bunga krisan meningkat 25% per tahun, bahkan menjelang tahun 2003 permintaan pasarnya meningkat 31,62%. Ekspor bunga krisan ke luar negeri seperti Belanda, Brunei, Singapura, Jepang, dan UEA mencapai 1,44 juta tangkai (Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno Hatta 2003). Permintaan pasar yang tinggi tersebut menjadikan tanaman krisan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan baik pada saat ini maupun yang akan datang (Balai Penelitian Tanaman Hias 2000).

Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), usaha produksi krisan di Indonesia dihadapkan pada beberapa kendala, antara lain ketergantungan pada bibit dari luar negeri seperti Belanda, Jerman, Amerika Serikat, dan Jepang yang harganya mahal. Selain itu, bila tanaman akan diperbanyak perlu membayar royalti 10% dari harga jual tiap tangkainya. Kondisi tersebut menyebabkan harga jual bibit tinggi dan menurunkan keuntungan petani atau pengusaha tanaman krisan.

Masalah lain adalah degenerasi bibit, yaitu penurunan mutu benih sejalan dengan bertambahnya umur tanaman induk, dan rendahnya mutu bibit yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan tanaman krisan diperbanyak dengan stek pucuk maupun anakan. Untuk menghindari atau mengurangi degenerasi benih, produsen dituntut agar memperbarui tanaman induk secara periodik bila gejala degenerasi mulai tampak. Oleh karena itu, pengembangan varietas yang telah dihasilkan oleh pemulia tanaman dan penerapan teknik perbanyakan yang tepat diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Kultur jaringan merupakan salah satu solusi yang dapat memecahkan masalah degenerasi bibit krisan (Rukmana dan Mulyana 1997).

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh Schleiden dan Schwann (Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora.

Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahar bakar.

Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai. Pelaksana akan berkecimpung dalam pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak berhubungan dengan berbagai macam bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan analitik. Kadang-kadang latar belakang pengetahuan tentang mikrobiologi, sitologi dan histologi. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja intensif. .

Dengan adanya kultur jaringan diharapkan agar degenerasi bibit dapat di tekan sekecil mungkin sehingga dapat menghasilkan bibit-bibit yang berkualitas serta bebas virus. Selain itu dengan kultur jaringan pemulian tanaman ini bisa lebih maju dan dengan kultur jaringan perkembangan khususnya dunia pertanian bisa lebih berkembang.

III. METODE PELAKSANAAN PKL

A. Tempat dan Waktu Pelasanaan PKL

Tempat pelaksanaan PKL dilaksanakan di Balai Pengkajian Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Lokasi di jalan raya Karangploso Km 4 Malang, Jawa Timur. Dilaksankan pada tanggal 15 Sepetember s.d 28 November 2008. Pelaksanaan PKL dilakukan 5 hari seminggu dengan waktu mulai 07.30 s.d 15.00.

B. Metode

1. Orientasi

Dalam pelaksanaan kegitan PKL selalu di beripengarahan setiap akan melaksanaakan PKL namun hal pertamakali yaitu mendiskusikan apa yang akan dikerjakan di ruangan pembimbing. Hal ini bertujuan untuk menegetau rencana awal yang akan dikerjaan oleh mahasiswa. Pada dasarnya padasaat PKL “Apa yang harus dikerjaka?”.

Keorganisasian BPTP Jawa Timur ini disusun berdasarkan SK Mentan No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001 tentang reorganisasi dalam lingkup Badan Litbang pertanian, yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Pertanian No.: 16/Permentan/OT.140/3/2006, struktur organisasi BPTP Jawa Timur terdiri dari 2 eselon, yaitu eselon III (Kepala Balai) dan dua eselon IV (Subbag Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) (Gambar 3). Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat-menyurat dan kearsipan, serta rumah tangga. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan & evaluasi, serta laporan, penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, dan penyebar luasan dan pendaya gunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi.

2. Observasi

Lokasi BPTP berada di daerah dataran tinggi dengan kondisi lingkungan dan klimat yang cocok untuk pembibitan dan budidaya krisan. Pada umumnya para petani krisan melakukan perbanyakan tanaman secara konpensional sehingga kualitas bunga menurun, sedangkan permintaan pasar relative tinggi. BPTP sebagai balai pengkajian teknologi pertanian mengadakan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan untuk memenuhi kebutuhan bibit krisan para petani di Jawa Timur, agar kualitas dan kuantitas bunga krisan sesuai dengan permintaan pasar.

3. Adaptasi

Adaptasi pada lingkungan BPTP dilakukan secara bertahap dari mulai adaptasi dengan lingkungan kerja sampai adaptasi dengan lingkungan masyarakat sekitar BPTP, selanjutnya adaptasi dengan kegiatan kerja yang dilakukan dari kebiasaan kegiatan praktikum yang dilakukan di lingkungan kampus mengarah ke lingkungan kerja nyata di lapangan. Hal ini merupakan tahap pembelajaran awal bagi mahasiswa untuk memupuk tanggung jawab dan disiplin kerja. Motivasi dan bimbingan dari pembimbing merupakan salah satu factor pendukung kegiatan adaptasi ini.

4. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan PKL banyak sekali kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Pada mulanya mahasiswa berdiskusi tentang apa yang harus dikerjakan dan apa pekerjaannya.

Setelah itu prkenalan peralatan yang berada di laboratorium dan ruang yang ada di laboratorium. Dilanjutkan membantu tugas mahasiswa dari universitas lain.

Setelah itu mahasiswa diberi tugas ke luar selama 3 hari yaitu untuk menegenal proses aklimatisasi dan penerapan hasil kultur jaringan ke agroindustri pembibitan di petani. Mahasiswa agar mengikuti semua cara kerja dan jadwal kerja yang telah ditentukan.

Pada dasarnya proses PKL ini berdasarkan program rencana dari Industri, Pada dasarnya PKL ini mengikuti semua kegiatan yang berada di BPTP Jawa Timur ini.

IV. HASIL PKL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Intansi

Pada awal pembentukannya, BPTP Jawa Timur merupakan gabungan (merger) dari berbagai unit kerja di jajaran Badan Litbang Pertanian yang ada di Jawa Timur (16 unit kerja), yaitu eks Sub Balithorti Malang, Sub Balithorti Tlekung, Sub Balittan Mojosari, Sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang berada dibawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, Surabaya, yang dibentuk berdasarkan SK Mentan No. 798/Kpts/OT.210/ 12/1994, tanggal Desember 1994, dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karangploso.

Dalam perjalanannya, BPTP Karangploso mengalami reorganisasi lagi dengan keluarnya SK Mentan terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001, menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang tergabung di dalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo dan Kebun Percobaan Mojosari. Perubahan ini membawa konsekuensi terhadap penyempurnaan tugas dan fungsi Balai secara keseluruhan, sedang kronologi sejarah nama instansi sehingga menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.

1. Visi dan Misi BPTP Jawa Timur

a). Visi :

BPTP Jawa Timur sebagai lembaga penghasil dan penyedia hasil teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi untuk menunjang pengembang pertanian berwawasan agribisnis.

b). Misi :

a. Menghasilkan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya.

b. Menyediakan, mendiseminasikan, dan mepromosikan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi untuk meingkatatkan produktivitas dan daya saing hasil pertanian yang berwawasan lingkungan dan agribisnis.

c. Meningkatakan pendapatan keluarga tani dan kesempatan kerja yang produktif yang berkeadilan.

d. Menjalin kemitraan dengan stakeholders (mitta kerja) untuk memberdayakan petani dalam mengelola usaha taninya

e. Menumbuhkan peran kelembagaan untuk memantapkan ketahanan pangan.

f. Memberikan masukan untuk penyusunan kebijakanpembangunan pertanian daerah.

Tabel 1. Sejarah nama instansi hingga terbentuknya Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jawa Timur

TAHUN

NAMA INSTANSI

PIMPINAN

1931

Algemene Proefstation voor Landbouw, Bogor

1936-1953

Proeftuinen voor Tuinbow, Oost Java, Malang

R. Soepangkat

1953-1957

Kebun-kebun Pertjobaan Jawa Timur di Malang

R. Koestomo

1957-1959

Tjabang Bagian Perkebunan Rakjat Malang, dari Pusat Djawatan Pertanian Rakjat Djakarta

Mahfoedi

1959-1961

Tjabang Bagian Perkebunan Rakjat Malang, dari Pusat Djawatan Pertanian Rakjat Djakarta

R. Soehendro

1961-1967

Tjabang Lembaga Penelitian Tanaman Sajur Majur, Buah-buahan dan Bunga-bungaan (Hortikultura) Malang, dari Lembaga Penelitian Tanaman Sajur Majur, Buah-buahan dan Bunga-bungaan (Hortikultura) Jakarta

R. Widodo

1967-1981

Tjabang Lembaga Penelitian Hortikultura Malang dari Lembaga Penelitian Hortikultura Jakarta

R. Widodo

1981-1984

Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor

Dr. Ir. Soetarjo Brotonegoro

1984-1988

Eks. Cabang LPH Malang menjadi Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang

Dr. F. Kasijadi

1988-1995

Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang

Ir. Nur Imah Sidik, MS

1995-1998

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso

Dr. Sumarno, MSc

1998-2001

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso

Dr. Ir. Suyamto H.

2001-2004

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Dr. Ir. Suyamto

2004- 2005

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Dr. Ir. Mat Syukur MS.

2006 - sekarang

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Dr. Sudarmadi Purnomo

B. Hasil Kegiatan PKL

Hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah di laksanakan adalah kegiatan kultur jaringan meliputi:

1. Persiapan eksplan

2. Persiapan media

3. Sterilisasi eksplan

4. Inokulasi eksplan

5. Subkultur

6. Aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang.

Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri.

1. Persipan Eksplan

Dalam persiapan eksplan tanaman krisan tanman induk harus benar-benar sehat tidak terserang hama dan penyakit karena pada saat tanman di perbanyak maka khususnya penykit dapat menular ke keturunannya. Hal ini dapat berdampak kegagalan total pada saat pertumbuhan di lapangan terbuka. Oleh kara itu pemilihan ekspaln harus kondisi bebas dari hama dan terutama bebas dari penyakit.

Cara pengambilan eksplan adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Ambil eksplan krisan dengan memotong pada bagian nodus atau tunas pucuk krisan yang masih menguncup.

c. Pengambilan ekplan disarankan harus yang masih muda.

2. Pembuatan Media

Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat larutan stok dari media terpilih. Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan yang berulang-ulang setiap kali pembuatan media. Selain itu, juga sering timbangan dibutuhkan untuk menimbang dalam jumla kecil yang tidak tersedia dalam laboratorium. Dalam pembuatan larutan makro dibuat dipisah menjadi dua yaitu larutan stok makronutrien 1 dan makro nutrient 2. Untuk bahan makronutrient 1 hanya NH4NO3 dan sisanya adalah bahan makronutrien 2.

a. Cara pembuatan Larutan Stok Makro 2

Langkah pembuatan laruta stok II dengan 20x Konsentrasi:

a) Menimbang 38000 mg KNO3, 8800 mg CaCl2. 2H2O, 3400 mg KH2PO4, 7400 mg MgSO4. 7H2O menggunakan timbangan analitik yang ditempatkan pada plastik berbahan licin.

b) Melarutkan setiap bahan kimia secara satu per satu.

c) Memasukkan senyawa KNO3 pada tabung erlenmeyer dengan menambahkan aquades secukupnya sekitar 150 cc.

d) Mengaduk menggunakan magnetic stirer hingga homogen

e) Masukkan pada labu ukur yang berukuran satu liter

f) Memasukkan kembali CaCl2. 2H2O dengan menambahkan aquades secukupnya, dengan diaduk menggunakan hiot plate magnetic stirer hingga homogen.

g) Mencampurkan larutan CaCl2. 2H2O dengan larutan KNO3 tesebut pada labu ukur

h) Untuk KH2PO4 dan MgSO4. 7H2O cara pelarutannya sama dengan KNO3

i) Jika bahan senyawa larutan makro telah lengkap tambahkan aquades hingga volume larutan stok 100 ml atau 1 liter.

j) Mengaduk pada magnetic stirer hingga homogen

k) Pindahkan pada botol dengan memberi label tanggal pelarutan dan konsentrasi penggunaan.

l) Menyimpan dalam lemari es.

b. Cara Pembuatan Larutan Stok Makro 1.

Dalam pembuatan makro 1 yaitu NH4NO3 kebutuhan pada tanaman itu adalah 1650 mg/ L. Dibuat larutan makro 1 ini yaitu 1 liter untuk 20 x konsentarasi.

Jadi untuk pengambilan makro 1 yang akan di timbang adalah 33 gram dan pengambilan 50 ml/ L.

Lalu di tuangkan kedalam labu erlenmayer dan tambahkan aquades sekitar 150 cc dan di adauk di atas magnetik stirer sampai homogen.

Setelah itu tuangkan kedalam labu ukur yang berukuran 1 liter dan tera hingga tepat.

c. Cara pembutan Larutan Stok Mioinositol

Mioinositol yang di butuhkan oleh tanaman adalah 100 mg/L dan akan di buat menjadi 8 L untuk pengambilan 80 ml. Sehingga konsentrasinya adalah 8 kali.

Jadi untuk pengambilan mioinositol yang akan di timbang yaitu 0.8 gram.

Setelah itu tuangkan ke dalam labu erlenmayer dan tambahkan aquades secukupnya sekitar 150 cc. Hal ini berguna hanya untuk pelarut saja, lalu aduk dengan menggukan magnetik stirer hingga homogen. Setelah itu tuangkan ke dalam gelas ukur, tera hingga tepat.

d. Cara Pembuatan Larutan Stok Vitamin

Dalam pembuatan larutan stok vitamin ini terdapat beberapa yang akan di campurkan, yaitu:

Tabel 2. Senyawa vitamin yang dibutuhkan oleh tumbuhan

No

Senyawa

Kebutuhan tumbuhan

mg/ L

1.

Glycine

2.0

2.

Asam nikotin (Nicotinic acid)

0.5

3.

Pyridoxin HCl

0.5

4.

Thiamin HCl

0.1

Larutan stok vitamin yang akan dilarutkan adalah 200 ml dengan pengambilan 10 ml dengan konsentrasi 20 kali.

Jadi pengambilan vitamin untuk di timbang adalah:

Table 3. Pengambilan senyawa vitamin

No.

senyawa

Yang akan ditimbang

gr (Garam)

1.

Glycine

0.04

2.

Asam nikotin (Nicotinic acid)

0.01

3.

Pyridoxin HCl

0.01

4.

Thiamin HCl

0.002

Setelah itu masing masing di larutkan dengan aquades secukupnya sekitar 150 cc ke dalam labu erlenmayer di magnetic stirer.

Gabungkan semua vitamin yang telah dilarutkan ke dalam gelas ukur, tera hingga mencapai 200 ml.

e. Cara Pembuatan Larutan Stok Fe-EDTA

Fe EDTA yang di butuhkan oleh tumbuhan adalah 37,3 dan akan di buat menjadi 200 ml dan pengambilannya sebesar 10 ml.

Jadi pengambilan FeEDTA yang akan di timbang adalah sebesar 0.746 gram.Setelah itu di larutkan kedalam labu erlenmayer dan ditambah dengan aquades sebanyaj 150 cc di magnetik stirer.

Setelah itu tuangkan kedalam gelas uku, tera samapi 200 ml.

f. Cara Pembuatan Larutan Stok Mikro

Larutan mikro merpakan zat anorganik yang dalam jumlah sedikit namun larutan ini sangat dibutuhkan sekali oleh tumbuhan karena dapat berpengaruh kepada proses fisiologi dan organisme pada pertumbuhan.

Untuk pembuatan larutan mikrodibutuhkan keterampilan dan ketelitian kareana penimbangan larutan mikro ini sangat detail sekali.

Tabel 4. Senyawa Larutan Mikro yang Dibutuhkan Oleh Tumbuhan

No.

Senyawa

Kebutuhan Tumbuhan

1..

2.

3.

4.

5.

6.

7.

KI

MnSO4.4H2O

H3BO3

ZnSO4.7H2O

Na2MoO4.2H2O

CuSO4.5H2O

CoCl2.6H2O

0,83

6,2

22,3

8,6

0,25

0,025

0,025

Kepekatan larutan stok ini 20 kali. Larutan stok yang akan dibuat adalah 200 ml dengan pengambilan 10 ml/ L.

Jadi pengambilan senyawa mikro untuk di timbang adalah:

Table 5. Senyawa mikro yang harus di ambil untuk ditimbang

No.

Senyawa

Pengambila

(gram)

1.

KI

0.0166

2.

MnSO4.4H2O

0.124

3.

H3BO3

0.446

4.

ZnSO4.7H2O

0.175

5.

Na2MoO4.2H2O

0.005

6.

SO4.5H2O

0.0005

7.

Cu

0.0005

g. Cara pembuatan Media

Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat tergantung pada media yang di gunakan. Media kultur jaringan tidak hanya menyediakan unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat dari atsmosphere melalui fotosintesis.

Untuk media dasar tanaman krisan ini menggunakan MS=0. karena tanpa menggunakan hormone krisan dapat membentuk oragannya sendiri.

Jika tujan pertama ingin memunculkan tunas maka subkultur kedua adalah pertunasan dengan di bantu oleh senyawa hormone.

Dalam kultur jaringan pula langkah terakhir dalm subkultur adalah pengakaran. Karena subkultur ini bertujuan untuk membentuk akar-akar yang dapat menopang tumbuhan tersebut.

1). Pembuatan Media MS 0

Cara kerja

(1). Menyiapkan alat dan bahan

(2). Menimbang sukrosa, agar dan myoinositol

(3). Melarutkan gula dalam aquadest

(4). Melarutkan myoinositol dalam aqudest

(5). Masukan agar dalam panci, tambahkan aquadest secukupnya, aduk rata diatas kompor hingga mendidih

(6). Tera larutan makro 1, makro 2, mikro, Fe EDTA, mioynositol dan larutan sukrosa

(7). Pindahkan pada wadah yang lebih besar

(8). Gabungkan semua larutan dan aduk hingga rata

(9). Tera hingga 1 liter

(10). Siapkan botol atau tabung reaksi yang sudah di beri label

(11). Ukur ph larutan 5.5-5.8

(12). Jika terlalu asam tambahkan NaOH dan jika terlalu basa tambahkan HCl hingga sampai ph yang di inginkan

(13). Tuangkan kedalam botol kultur sebanyak 30 botol, tutup rapat

(14). Sterilkan dengan autoklaf selam 20 menit, dengan suhu 121 oc dan dengan tekanan 1.5-1.7 psi

(15). Simpan di ruangan penyimpanan

2). Cara Pembuatan Media Untuk Pertumbuhan Tunas

Untuk pembuatan media pertumbuhan tunas carakerjanya sama dengan pembuatan media MS penuh, akan tetapi media ini di tambah dengan hormone. Hormone ini untuk mengatur pertumbuhannya. Pengaturan hormone yang tepat akan mempengaruhi pertumbuhan sesui dengan keinginan kita. Namun di BPTP ini tanman krisan dari kultur jaringan tidak perlu melewati kalus terlebih dahulu karena tanaman krisan ini akan langsung menjadi bibit krisan yang unggul.

3). Cara Pembuatan Media Pengakaran krisan

Cara pembuatan media pengakaran krisan

(1). Menyiapkan alat dan bahan

(2). Menimbang sukrosa, agar dan myoinositol

(3). Melarutkan gula dalam aquadest

(4). Saring air kelapa dengan kertas saring

(5). Melarutkan myoinositol dalam aquadest sebanyak 80 cc

(6). Masukan agar dalam panci, tambahkan aquadest satu liter, aduk rata diatas kompor hingga mendidih

(7). Tera larutan makro 1, makro 2, mikro, Fe EDTA, Ga3, mioynositol dan larutan sukrosa, tera sa,pai 2 l dengan menambahkan aquadest

(8). Pindahkan pada wadah yang lebih besar

(9). Tera air kelapa hingga 2 liter dengan menambahkan aquadest

(10). Gabungkan semua larutan dan aduk hingga rata

(11). Ukur ph larutan 5.5-5.8

(12). Jika terlalu asam tambahkan naoh dan jika terlalu basa tambahkan hcl hingga sampai ph yang di inginkan

(13). Tuangkan kedalam botol kultur sebanyak 240 botol, tutp rapat

(14). Sterilkan dengan autoklaf selam 20 menit, dengan suhu 121 oc dan dengan tekanan 1.5-1.7 psi

(15). Simpan di ruangan penyimpanan

3. Sterilisasi eksplan

Dalam kultur jaringan, inisiasi kultur yang bebas dari kontaminan merupakan merupakan langkah yang sangat penting. Bahan tanaman dari lapang mengandung debu, kotoran-kotoran, dan berbagai kontaminan hidup pada permukaannya.

Keadaan ini mengharuskan kita untuk membebaskan ekspalan pada bebrbagai kontaminasi baik dari mikroorganisme manapun. Namun sterilisasi setiap ekspalan tergantung kepada kondisi eksplan tersebut.

b. Cara sterilisasi eksplan pada tanaman krisan.

(1). Menyiapkan alat dan bahan

(2). Ambil ekspan yang telah di stek dari pohon induk

(3). Cuci dengan air mengalir

(4). Setelah itu cuci kembali menggunakan sabun (sunlaigh) hingga bersih, bilas dengan air mengalir

(5). Siapkan bahan-bahan seperti clorox, dan banlet

(6). Setelah ditiriskan kurang lebih dari 20 menit

(7). Masukan kedalam gelas baker

(8). Tuangkan aquadest hingga terbenamnya eksplan lalu goyang-goyangkan secara memutar

(9). Buang air aquadest, lalu masukan banlate dan goyang-goyangkan selama 20 menit

(10). Setelah itu buang banlet tersebut lalu bilas dengan aquadest

(11). Masukan clorox 30% dan goyang-goyang secara memutar selama 7 menit

(12). Setelah itu bilas kembali dengan aquadest

(13). Masukan kembali larutan clorox 20 % dan goyangkan secara memutar selama 5 menit

(14). Bilas dengan aquadest

(15). Setelah itu msukan kembali clorox 1% dan goyangkan secara memutar selama 1 menit

(16). Bilas dengan aquadest

(17). Setelah dibilas dengan aquadest, masukan kembali air aquadest secukupnya agar terhindar dari proses pencoklatan (browning)

(18). Tanaman siap di inokulasi

(19).

4. Inokulasi eksplan

Penanaman eksplan ke dalam geals kultur atau ke dalam tabung reaksi yang berukuran besar disebut dengan inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan memotong bagian permukaan eksplan.

Caranya penanamanya yaitu:

    1. Siapkan alat dan bahan
    2. Celupkan pinset dan pisau kedalam alcohol, lalu baker
    3. Ambil eksplan yang berupa pucuk
    4. Buang semua daun yang berada di bawah pucuk yang masih kuncup
    5. Buka tutup gelas kultur atau tutup tabung reaksi lalu lewatkan ke pada api
    6. Ketika akan ditanam eksplan di lewatkan dulu ke api
    7. Letakan atau tancapkan eksplan ke dalam media
    8. Tanam sampai lima ekspaln untuk di gelas kultur, satu eksplan untuk di tabung reaksi.
    9. Jika ingin menutupnya maka pebutup tersebut harus dilewatkan kembali kepad api
    10. Beri lebel tanggal penanaman dan varietas tanamn.
    11. Tempatkan di ruang pertumbuhan

5. Subkultur

Cutting atau Multipikasi bertujuan untuk memperbanyak propagul sedangkan, Sub kultur adalah usaha untuk menggantikan media dalam kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus dapat terpenuhi. Berikut ini adalah uraian tentang teknik pelaksaan sub kultur pada media padat. Dari media pertama, kultur dipindahkan ke media regenerasi selama sekitar 2-3 bulan.

a. Sipakan alat dan bahan

b. Celupkan pinset dan pisu kedalam alkohol

c. Lalu bakar dengan api di bunsen

d. Ambil tanman menggunakan pinset yang berada di gelas kultur atau di tabung reaksi dengan cara mernarik dahannya.

e. Potong pada bagian nodus atau tunasnya

f. Ambil potonganya setiap 1 smpai dengan 2 buah potongan nodus atau pucuk.

g. potong daun yang masih menempel pada pucuk atau nodus.

h. Lalu siapkan gelas kultur atau tabung reaksi yang berisi media

i. Buka tutupnya lalu lewatkan kedalam api bunsen

j. Tancapkan kembali potongan nodus atau pucuk yang telah terbentuk kedalam gelas kultur sebanyak 5 buah dan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 buah.

k. tutup kembali dengan penutupnya namun lewatkan kembali pada api, tutup dengan rapat.

l. Berikan lebel kembali.

6. Aklimatisasi dan Usaha Pemindahan Tanaman Hasil Kultur Jaringan ke lapang.

Untuk proses aklimatisasi pada PKL yang telah dilakukan, planlet yang berada pada botol di ditempatkan pada ruangan dengan kondisi lingkungan luar selama 1-2 minggu dengan bantuan paranet dengan cahaya masuk 60%, hal ini untuk mengkondisikan tanaman pada kondisi lapangan serta untuk menekan respirasi yang berlebihan pada tanaman itu sendiri karena lingkungan iklim mikro masih dapat digunakan oleh tanaman tersebut.

Setelah tanaman tersebut memiliki daun yang hijau seperti tanaman yang berada di lapangan tanaman bisa di aklimatisai dengan menggunakan fungisida dan baktersida atau menggunakan baiclean atau sama sekali tidak menggunakan apa-apa, jadi bisa langsung tanam ke dalam media, jika media tersebut steril bebas dari mikroorganisme.

Untuk media yang digunakan adalah arang sekam yang telah disterilisasi namun arang sekam ini dapat di beli ke para pedagang. Arang sekam ini sangat baik sekali terhadap proses penyemaian pada induk yang akan diperbanyak, karena pH yang netral, remah, dan dapat mengikat air dengan cukup baik, sehingga udara bisa masuk kedalam media dan akar sehingga dapat menyerap udara dengan baik. Pemakaian arang sekam harus diganti jika sudah terdapat nematode-nematoda serta mikroorganisme yang dapat menggangu proses pertumbuhan. Setelah itu tanaman dapat di stek pada umur 14 hari dan di berikan penutup plastic bening.

Stek tanman induk sangat penting sekali agar dapat menghasilkan bibit yang unggul, seragam, dan berkualitas. Untuk stek tanman induk sendiri terdapat metode yang dapat mempertahankan kualitas tanaman sehingga tanman bias di perbanyak sesuai dengan keinginan dengan sama seperti induknya. Cara-cara stek sebagai berikut:

a. Krisan yang berumul 14 hari di perkirakan sudah mempunyai 7 helai daun. Tanman induk ini dapat di stek namun ditinggalkan empat daun di bawahnya, hal ini dilakukan karena untuk memacu tunas lateral tumbuh kembali karena setiap daun memiliki cadangan makanan yang dapat menumbuhkan tunas lateral tersebut dan jika daun tersebut tidak ada atau di sisakan dua maka proses penumbuhan tunas lateral akan sulit karena cadangan makanan pada daun yang sedikit akan disebarkan kesetiap organ tumbuhan sehingga penyuplaian cadangan makanan akan sedikit.

b. Setelah 14 hari kembali tanamn krisan yang telah dipotong dan menyisakan empat buah helai daun dan di setiapiak daun kan tumbuh tunas lateral yang seragam. Namun pertumbuhan tunas lateral atas akan lebbih dulu berkembang dibandingkan dengan yang bawah. Pemotongan dapat dilakuna ke pada dua tanaman yang timbul pada tunas lateral namun kembali sisakan dua daun untuk menumbuhkan kembali tunas lateral. pemotongan ini dilakukan pada tunas lateral bawah.

  1. Tanaman yang baru akan muncul pada ketiak daun yang telah diambil bagian atas tanamannya. Pemotongan ini dilakukan terus menerus selama 5 bulan, namun seringkali tanaman induk ini dapat bertahan sampai satu tahun jika kualitasnya masih baik.

B. Pembahasan

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Pada awal mulanya, orientsi teknik kultur jaringan hanya membuktikan tori totipotensi sel. Kemudian teknik kultur jaringan berkembang menjadi saran penelitian di bidang fisiologi tanaman dan aspek-aspek biokimia tanman. Dewasa ini setelah banyak perkembangan dan penyempurnaan, teknik kultur jaringan telah digunakan dalam kehidupan di industri.

Perbanyakan mikro merupakan contoh aspek yang menarik dari penerapan kultur jaringan , terutaman dalam jenis tanaman yang biasa di perbanyak secara vegetatif. Perbanyakan mikro secara umumdapat diartikan sebagai usaha untuk menumbhkan bagaian tanaman secara aseptic, dan perbanyakan hingga menghasilkan tanaman sempurna. Tanman kecil ini kemudaian dipindahkan ke media non aseptic. Tujuan pokok penerapan perbanyakan mikro, adalah produksi tanman dalam jangka waktu yang relative singkat, terutama varietas-varietas unggul yang dihasilkan.

Dalam perbanyakan mikro, apabila bagian yang dipakai sebagai bahan awal perbanyakan adalah daerah meristem pucuk yang besarnya antara 0.1 – 0.3 mm dan dikombinasikan dengan perlakuan thermotherapy, maka selain tujuan memperbanyak, juga diperoleh tanaman yang bebas pathogen (terutama virus).

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:

1. Persiapan media

2. Persiapan eksplan

3. Sterilisasi eksplan

4. Inokulasi eksplan

5. Subkultur

6. Aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang.

1. Pembuatan Media

Media Adalah tempat tumbuhnya tanaman dan sebagai tempat untuk menyediakan unsur Hara bagi tanaman. Maka formulasi bahan – bahan kimia yang ada didalamnya tentu harus tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.

Dewasa ini beberapa media kultur jaringan dapat dibeli dalam bentuk bubuk yang telah dipersiapkan. Tergantung dari jenisnya, ada yang hanya mengandung garam makro dan mikro serta vitamin, ada juga yang lengkap sampai hormon dan gula. Formula ini memang memudahkan pekerjaan, tapi untuk suatu penelitian yang memerlukan perubahan komposisi dalam satu atau beberapa komponen, maka pemisahan komponen-komponen penyusun media perlu dilakukan.

Dalam pembuatan media, langkah pertama adalah membuat stok dari media terpilih. Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan yang berulang–ulang setiap kali membuat media. Selain itu, kadang-kadang timbangan yang dibutuhkan untuk menimbang jumlah kecil tidak tersedia dalam laboratorium Larutan stok dapat disimpan ditempat yang bertemperatur rendah dan gelap.

Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam stok makro, stok mikro, stok Fe, stok vitamin dan stok hormone terutama bila larutan stok tidak disimpan terlalu lama (segera digunakan habis). Stok hormone dapat disimpan antara 2-4 minggu, sedangkan stok hara dapat disimpan 4-8 minggu. Dengan adanya larutan stok, pembuatan media selanjutnya hanya dengan teknik pengenceran dan pencampuran saja.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan stok adalah penyimpanan (daya simpan) larutan. Larutan yang sudah mengalami pengendapan, tidak dapat digunakan lagi. Pengendapan larutan stok umumnya terjadi bila kepekatan dapat dihindari dengan membuat larutan yang tidak terlalu pekat atau tidak menggunakan larutan campuran, yaitu dengan membuat satu larutan stok hanya untuk satu jenis bahan (terutama untuk unsur hara makro). Kondisi simpan juga diperhatikan, karena ada beberapa bahan yang tidak tahan dalam suhu tinggi atau cahaya.

Larutan stok kadang-kadang ditumbuhi mikroorganisme. Larutan stok yang terkontaminasi mikroorganisme ini, juga tidak dapat digunakan lagi. Oleh karena itu kondisi simpan harus dijaga kebersihan dan tempat (wadah) larutan harus diusahakan cara-cara pembuatan larutan stok untuk media Murashige dan Skoog (1962).

Stok Hara Makro. Senyawa-senyawa sumber unsur hara makro diperlukan dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu sebaiknya dibuat dalam larutan stok tunggal. Selain itu jenis anion senyawa sumber unsur hara makro tidak sama, kemungkinan hal tersebut akan mempercepat pengendapan larutan bila dibuat larutan stok campuran. Biasanya larutan stok hara dibuat beberapa macam dan diberi nama/ label.

Dalam hal ini larutan stok memjadi hal yang terpenting bagi kultur jaringan karena dapat mempercepat proses pembuatan dan dapat mempengaruhi media itu sendiri. Karena jika kita salah mengambil larutan maka kegagalan pembuatan media akan sangat besar.

Untuk pengambilan larutan mikro dan ZPT sering sekali terjadi kendala karena larutan yang siambil sedikit dan jika di ambil dengan menggunakan pipet gelas tersebut sering tersendak dan banyak menimbulkan gelembung. Maka dari itu dapat menggunakan pipet mikro, karena dapat mengambil larutan mikro dan ZPT denagan kettelitian cukup besar.

Pembuatan media tanaman krisan menggunakan media MS 0 penuh.Karena tanmana krisan tanpa menggunkan hormone atau ZPT dapat tumbuh dan dapat merangsang pertumbuhan.

Perkembangan yang sangat pesat tentang media nutrisi untuk pertumbuhan sel tanaman dimulai sejak tahun 1960-an dan 1970-an. Nutrisi dasar untuk kultur sel tanaman pada dasarnya mirip dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman itu sendiri. Namun, variasi komposisi nutrisi tergantung pada sel-sel, jaringan-jaring, organ-organ dan protoplasma serta jenis tanaman yang akan dikulturkan. Sebelum pembuatan nutrisi media, satu hal yang sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu adalah mengetahui tipe kultur yang mana yang akan digunakan, misalnya: kalus, sel, organ atau protoplas yang akan diteliti serta tujuan akhir dari penelitian tersebut. Tipe kultur yang berbeda akan mempunyai satu atau lebih komposisi media yang unik.

Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur jaringan tanaman menyediakan tidak hanya unsur hara makro dan mikro, tetapi sumber karbohidrat yang pada umumnya berupa gula menggantikan karbon yang biasanya dihasilkan dari atmosfer melalui melalui proses fotosintesis.

Hasil yang lebih baik dapat dijangkau/ diperoleh, bila ke dalam media tersebut ditambahkan vitamin-vitamin, asam amino solid dan zat pengatur tubuh. Walaupun sudah diusahakan untuk menghindarkan penggunaan komponen-komponen yang tidak jelas (komponennya) seperti juice buah-buahan dan tauge, air kelapa, yeast exstracts dan casein hydrolysate, tetapi kadang-kadang kita bisa memperoleh hasil yang lebih tinggi dengan penambahan tersebut. Sebagai contoh, air kelapa masih sering digunakan di laboratorium-laboratorium penelitian, sedangkan pisang masih merupakan komponen tambahan yang sangat popular pada media anggrek.

2. Persiapan Eksplan

Eksplan adalah (bahan tanam) bagian kecil jaringan atau organ yang diambil atau dipisahkan dari tanaman induk yang dikulturkan. Selain itu juga eksplan merupakan faktor terpenting penetnu dalam keberhasilan dalm kultur jaringan.

Umur ontogenetik (ontogenetic age ) eksplan adalah umur ontogeni tanaman induk sumber eksplan. Sedangkan umur ontogeni adalah masa transisi dari fase pertumbuhan juvenil menuju fase dewasa. Fase juvenil adalah periode pembungaan tidak terjadi dan tidak dapat dirangsang dengan perlakuan yang biasa digunakan untuk merangsang pembungaan. Umumnya, eksplan yang diambil dari tanaman induk yang masih juvenil mudah beregenerasi.

Fase dewasa (adult) adalah masa perkembangan tanaman sudah mampu berbunga. Daya regenerasi eksplan dari tanaman induk dewasa biasanya lebih rendah dibandingkan dengan ekslan dari tanaman juvenil. Artinya, jika eksplan diambil dari tanaman induk yang sudah dewasa atau sudah mampu berbunga, eksplan tersebut lebih sulit membentuk tunas dibandingkan dengan eksplan yang diambil dari tanaman yang juvenil, walaupun secara fisiologis jaringannya masih muda.

Dalam pengambilan ekplan krisan dapat berupa nodus atau pucuk yang seang kuncup. Eksplan yang berupa pucuk yang masih kuncuk jika ditanama pada media kultur jaringan dan di tempatkan pada lingkungan yang sebagai mana mestinya maka eksplan yang berupa pucuk yang masih knucup sangat cepat tumbuh dibandingkan dengan eksplan yang berupa nodus. Pengambilan eksplan dilihat dari keturunannya, kesehatanya yang bebas dari Hama Penyakit Tanaman (HPT), selain itu faktor pengambilan tempat pada eksplan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan.

3. Sterilisasi Eksplan

Dalam kultur jaringan, inisiasi kultur yang bebas dari kontaminan merupakan langkah yang sangat penting. Bahan tanaman dari lapangan mengandung debu, kotoran-kotoran, dan berbagai kontaminan hidup pada permukaannya.

Kontaminan hidup dapat berupa cendawan, bakteri, serangga dan telurnya, tungau serta spora-spora. Bila kontaminan ini tidak dihilangkan, maka pada media yang mengandung gula, vitamin dan mineral, kontaminan terutama cendawan dan bakteri akan tumbuh secara cepat. Dalam beberapa hari, kontaminan akan memenuhi seluruh botol kultur. Eksplan yang tertutup kontaminan akhirnya mati, dapat sebagai akibat langsung dari serangan cendawan/bakteri.

Pada beberapa jenis tanaman, ditemukan juga kontaminan yang berasal dari dalam jaringan tanaman, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini sampai sekarang belum diidentifikasi. Kontaminan internal ini sangat sulit diatasi, karena sterilisasi permukaan tidak menyelesaikan masalah. Pada bahan tanaman yang mengandung kontaminan internal, harus diberi perlakuan antibiotik atau fungisida yang sistemik.

Setiap bahan tanaman mempunyai tingkat kontaminan permukaan yang berbeda, tergantung dari :

a. Jenis tanamannya.

b. Bagian tanaman yang dipergunakan.

c. Morfologi permukaan (misalnya: berbulu atau tidak).

d. Lingkungan tumbuhnya (green house atau lapangan)

e. Musim waktu mengambil (musim hujan/kemarau).

f. Umur tanaman (seedling atau tanaman dewasa).

g. Kondisi tanamannya (sakit atau dalam keadaan sehat).

Dalam sterilisasi eksplan dapat menggunkan bahan yang bersifat toksik namun pada eksplan krisan ini dapat menggunakan Banlatte dan Clorox dengan konstrsi yang berbeda dan jangka waktu yang berbeda pula. Hal ini untuk memcahkan koloni-koloni mikro organisme yang bersifat mengumpul.

Selain eksplan yang harus di steril maka ruangan, peralatan dan media pendukung kultur jaringan harus senantias di sterilkan karena semuanya itu berpeluang besar sebagai media pengalihan yang dapat menyebabkan kontaminasi.

Ruangan pada laboratorium harus seringkali di sterilkan setidaknya pada lantai dan khusunya pada udara yang harus di steril. Dalam ruangan kultur jaringan.

4. Inokulasi Eksplan

Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan inokulasi.kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, inokulasi pada krisan dapat disebut kultur pucuk.

Teknik perbanyakan tanman krisan ini bisa disebut dengan teknik kultur pucuk karena tanman krisan ini dapat mudah dikulturkan dengan menggunkan dengan teknik kultur pucuk. Pucuk yang mengandung jaringan meristem dan jaringan pemanjangan dibawahnya lebih mudah diisolasi. Kultur pucuk (shoot tip) menggunakan eksplan dengan ukuran 0,3-1 cm, sebagai bahan awal.

Tujuan praktis kultur pucuk adalah untuk perbanyakan vegetatif tanaman. Pucuk awal ini dalam media yang tepat, membentuk pucuk-pucuk baru yang jumlahnya tergantung dari jenis, berkisar dari 4-20 an tunas. Setelah di induksi pembentukan akar pada pucuk, maka akan tumbuh tanaman yang sempurna yang identik dengan induknya atau merupakan fotokopi dari induknya. Kultur pucuk merupakan dasar dari kegiatan perbanyakan dalam laboratorium komersial.

Di dalam pucuk suatu terdapat beberapa buku batang yang muda, setiap buku batang yang muda tersebut dapat digunakan sebagai ekspan (single node cutting). Untuk penanamanya nodus atau pucuk cukup ditanam tegak pada media agar. (P E. Prahadrini 2008)

5. Subkultur

Subkultur merupakan kegiatan penggantian media. Agar media lama yang sudah tidak mempunyai unsur hara karna diserap oleh tanaman kultu, deiganti dengan media yang baru dan terdapat unsur-unsur hara yang sudah tersedia, sehingga tanman tidak kekurangan unsur-unsur hara.

Cutting atau Multipikasi bertujuan untuk memperbanyak propagul sedangkan, Sub kultur adalah usaha untuk menggantikan media dalam kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus dapat terpenuhi. Berikut ini adalah uraian tentang teknik pelaksaan sub kultur pada media padat. Dari media pertama, kultur dipindahkan ke media regerasi selama sekitar tiga minggu. Setelah itu, apabila kita bertujuan untuk memperbanyak propagul atau multifikasi,maka kita lakukan pemindahan media baru dan apabila tanamannya berbatang maka kita lakukan stek/ cutting contohnya pada tanaman krisan kita perbanyak dengan cara memotong perbuku. Atau per dua buku tergantung titik tumbuh daun, yang akan menjadi cabang baru.

Pada tahap ini perbanyakan tunas dirangsang, umumnya dengan mendorong percabangan tunas lateral atau merangsang pembentukan tunas adventif.propagul yang dihasilkan dalam jumlah berlipat disubkulturkan terus secara berulang-ulang sampai dicapai jumlah palnlet yang diharapkan.

Selain itu pada tahap sub kultur tanaman krisan terdapat tahapan pengakaran. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengakaran ini merupakan tahap terakhir pada pengisolasian atau subkultur karena tujuan pengakaran agar supaya tanaman krisan dapat berdiri kokoh dan bias menyerap unsure hara dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). (P E. Prahadrini 2008)

6. Aklimatisasi dan Usaha Pemindahan Tanaman Hasil Kultur Jaringan ke Lapang.

Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.

Perubahan kondisi lingkungan yang drastis, dari lingkungan terkontrol ke tidak terkontrol, dari suhu relatif stabil ke suhu lingkungan yang fluktuatif, dari kelembapan tinggi ke rendah dan fluktuatif, dan dari cahaya rendah ke cahaya tinggi pada umumnya menyebabkan tanaman mudah mengalami cekaman atau stres, kehilangan air, layu, dan mati Oleh karena itu, proses aklimatisasi perlu dilakukan secara bertahap.

Tanaman krisan pada kultur jaringan ini biasanya dijadikan tanaman induk dan dapat diperbanyak dengan menggunakan stek pada pucuk. Akan tetapi jika tanaman krisan ini terlalu lama distek maka akan menimbulkan turunya kualitas regenerasi. Selain itu tanaman induk yang terlalu lama di stek biasanya akan menimbulkan sumber hama dan penyakit karena pertumbuhannya yang bercabang dan mengumpul sehingga cahaya tidak dapat masuk kedalam daun dan hama dan penyakit bias bersarang di tempat itu selain itu dapat menimbulkan reaksi gelap yang dapat merugikan. Reaksi gelap ini dapat menimbulkan tanaman ke fase generatif, jadi bibit yang seharusnya di fase vegetatif menjadi fase generatif sehingga tanaman menjadi berbunga. (Iknas 2008)

Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang terjadi di stroma. Berbeda dengan reaksi terang, reaksi gelap atau reaksi tidak bergantung cahaya bisa terjadi pada saat siang dan malam, namun pada siang hari laju reaksi gelap tentu lebih rendah dari laju reaksi terang. Reakasi glap ini memanfaatkan ATP dan NADPH dari reaksi terang yaitu fotosintesis untuk mereduksi CO2 menjadi gula.

Tetap terjadi pada saat ada cahaya/ siang hari. Reaksi gelap ini akan hilang dengan dengan sendirinya apabila tanaman tersebut dikondisikan seperti bibit pada umumnya, akan tetapi reaksi gelap ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk hilang.

Sebelum penanaman pada tunas-tunas yang telah di stek maka batang bawah yang terdapat luka di olesi zat perangsanng akar. Zat perangsang akar ini dapat menggunaka IBA atau Rutoon.

Pemotongan pada tanaman ini di lakukan sampai ke generasi G3 atau G4 hal ini agar dapat menekan terjadinya generasi yang kurang berkualitas sehingga jika sampai ke G3 atau G4 maka bibit harus segera siap di tanam di lapangan. (Iknas 2008)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Kegiatan magang industri merupakan salah satu pemenuhan akademik dari program perkuliahan. Banyak sekalai kegiatan yang telah dipelajari dalam masa PKL. Dalam PKL ini teori yang telah didapatkan di kampus dapat di aplikasikan kedalam PKL ini selain itu kita mendapatkan wawasan yang belum pernah di dapat di kampus sehingga dapat memberikan kinerja yang optimal. Dalam teknik kultur jaringan terutama dalam tanaman krisan sangatlah penting untuk memilih rencana awal kedepan sehingga terlaksananya kegiatan yang sangat kondusip dan dapat diharapkan.

B. Saran

1. Untuk Diploma 4 dalam monitoring sebaiknya dilaksanakan pada saat mahaisawa sedang melaksanakan PKL.

2. Untuk BPTP Jawa Timur hendaknya memberikan teori yang lebih sehingga dapat memberikan wawasan yang luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gabung Yu..cari tau tentang kultur Jaringan..